Jumat, September 20, 2024
spot_img

Safari Ramadhan “Nguri-Nguri Jejak Ulama Nusantara Abad Pertama Syech Dada Pethak di Lereng Gunung Bromo Malang”. Oleh: Abdul Aziz Syafi’i, S. Hi. Ketua Lesbumi PCNU Kabupaten Malang

Tepat pada Sabtu, 6 Maret 2024. Di desa Duwet Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang, titik perbatasan dengan Kecamatan Poncokusumo. Dalam kultur dan tradisi masyarakat desa Duwet sudah masuk dalam kategori suku Tengger di lereng Bromo Malang. Kami LESBUMI PCNU Kabupaten Malang melaksanakan kegiatan Safari Ramadhan dengan mengambil tema
“Nguri-Nguri Jejak Ulama Nusantara Abad Pertama Syech Dodo Pethak di Lereng Gunung Bromo Malang”.

Tema ini sengaja kami ambil, berdasarkan catatan dalam buku Atlas Wali Sanga karya kyai Ngabei Haji Agus Sunyoto (Lesbumi PBNU 2015-2021), bahwa jika kita tarik benang merah “di Malang, tepatnya di lereng Bromo ada ulama Nusantara pada abad pertama penyebaran Islam di Jawa dan khususnya di Malang Jawa Timur”.
Banyak catatan yang mengarah pada syech Dada Pethak adalah penyebar Islam pertama di daerah Malang, terbuka di beberapa media dan majalah Belanda menyebutkan data empiris keberadaan”syech Dada Pethak”.

Tidak bisa dipungkiri, beberapa tokoh masyarakat Duwet meyakini bahwa “Syech, atau Mbah Dada Pethak, masyarakat setempat menyebut adalah leluhur masyarakat Duwet, sebagai tokoh bedah krawang dan wali penyebar Islam yang mengajarkan Islam disana. Dalam pemahaman masyarakat sekitar “Mbah Dada Pethak” memiliki arti, Dada berarti bagian tubuh tepatnya di dada, atau lebih dalamnya adalah hati. Sementara Pethak adalah memiliki warna putih, atau hati yang putih (bersih).
Sementara masyarakat Duwet yang lain menyebutkan beliau dengan sebutan “Mbah Tangguh” artinya Mbah yang kokoh (kuat), bisa di artikan beliau sebagai tokoh agama tokoh masyarakat begitu gigih dalam pendiriannya.

di kutip dari Literature of Java: Catalogue Raisonne of Javanese Manuskrip in The Library of The University of Leaden and Other in The Nederland. Disebutkan bahwa pada zaman kuno terdapat 4 (empat) orang suci yang beragama Islam. Yakni; syech Jumadil Kubro di Mantingan, syech Nyampo di suku Domas, syech Dada Pethak di Gunung Bromo dan syech Maulana Ishaq di Blambangan.

Hal ini di kutip dari Literatur of Java,
berdasarkan referensinya “Martin Van Bruinessen” She Dada Pethak seumuran dengan ayah dari sunan Giri, yakni (Maulana Ishaq), syeh Jumadil Qubro di mantingan, Nyampo di suku Domas, Syech Dada putih di gunung Bromo referensi kitab kuning Pesantren dan Tarekat hal: 295. Oleh Martin Van Bruinessen dari kitab Cariose Telaga Ranu Legenda rakyat berbahasa Jawa dari wilayah Tengger, Cariose Telaga Ranu, juga menyebut nama Maulana Ishaq dan Syekh Jumadil Kubra. Keduanya adalah saudara dari dua pertapa, Ki She Dadaputih di Gunung Bromo dan Ki She Nyampo di suku Domas. Sementara “Maulana Ishaq pergi ke Blambangan dan menjadi ayah Raden Paku (Sunan Giri). Jumadil Kubra menjadi guru di Mantingan,” tulis Martin Van Bruinessen.

Dalam bahasa Belanda;
A Javanese popular legend from the Tengger region(!), the Cariose
Telaga Ranu, mentions Maulana Ishaq and Jumadil Kubra as brothers of
the hermits Ki Seh Dadaputih on Mt Bromo and Ki Seh Nyampo at Suku-
domas. Maulana Ishaq goes to Balambangan and fathers Raden Paku
(Sunan Giri); Jumadil Kubra establishes himself as a teacher in Man-
tingan.35

Atas dasar data dan riset (penelitian) alm. Kyai Ngabei Haji Agus Sunyoto, kegiatan ini LESBUMI PCNU KABUPATEN MALANG adakan dalam rangka menyambung sanad kesejarahan ulama Nusantara dalam penyebaran Islam di Jawa terutama di Malang Jawa Timur.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
-- advertisement --spot_img

Jangan Lewatkan

Terkini