numalang.id-Setelah ber-IPNU kurang lebih 12 tahun (Makesta 2012), saya merefleksikan bahwa kaderisasi IPNU (dan IPPNU) merupakan kombinasi dari pergerakan, perasaan, dan pemaknaan.
Unsur pergerakan dalam hal ini mencakup segala aktifitas kegiatan kaderisasi, baik formal, nonformal, maupun informal, yang dilakukan oleh IPNU IPPNU dan bisa disaksikan jejak fisiknya. Dalam hal ini biasanya pengelolaan utuhnya menggunakan tertib model yang biasa dikenal dengan kaidah Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC).
Kemudian, unsur perasaan saya maksudkan sebagai kesan-kesan alamiah masing-masing kita (individu kader) dalam melaksanakan aktifitas kaderisasi yang sering kita sebut dengan istilah suka duka ber-IPNU IPPNU.
Selanjutnya, unsur pemaknaan adalah proses mengambil hikmah dari tiap tahap dan tiap sisi proses kaderisasi yang sudah kita lalui sehingga ikhtiar berupa giat yang sudah ditempuh itu bukan sesuatu yang kosong melainkan diisi oleh nilai-nilai. Dan, biasanya pemaknaan itu sudah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu lagi.
Maka tidak heran, Makesta pertama kali saya yang secara gerakan dan perasaan sudah tertinggal 12 tahun lalu itu, setiap waktu bisa menemukan makna yang terus segar kembali sesuai dengan proses bertumbuh.
Refleksi tersebut lantas menarik kesimpulan lagi bahwa kaderisasi IPNU IPPNU perlu dirayakan sesuai judul dalam tulisan ini. Merayakan kaderisasi IPNU IPPNU, tidak lain dan tidak bukan adalah dengan bersyukur secara sungguh-sungguh bahwa kita sudah diberi rezeki berupa kesempatan untuk menjadi bagian dari IPNU IPPNU dengan terlibat dalam kaderisasinya. Maka, apa yang sering dikatakan oleh guru-guru kita bahwa kita ber-IPNU IPPNU itu artinya kita adalah ‘yang terpilih’ bukanlah kata-kata retoris ataupun dilebih-lebihkan, melainkan itulah yang sebenarnya.
Faktanya, tidak semua diberi anugerah untuk menjadi IPNU IPPNU. Nyatanya, tidak semua diberi kesempatan untuk sedini mungkin merasakan indahnya menjadi bagian dari Nahdlatul Ulama.
Pada catatan sederhana ini, saya mengajak merayakan kaderisasi melalui mutholaah;
Kenapa kita perlu ber-IPNU IPPNU?
Ketika ada pertanyaan tersebut jawabannya bisa sangat beragam. Namun, kali ini saya akan poinkan sesuai yang saya sarikan dari apa yang saya dapatkan dari Latin tahun 2020. Saat itu ada Materi Prinsip dan Falsafah Pengkaderan yang diampu langsung oleh Mas Winarto Eka Wahyudi, salah satu penyusun Buku Pedoman Kaderisasi IPNU terbitan 2018.
Dari penjelasan beliau yang saya coba refleksikan dengan keterangan-keterangan lain dari pembina kaderisasi, setidaknya ada lima alasan kenapa kita perlu ber-IPNU IPPNU, yakni:
Pertama, alasan Misi Risalah Islam Aswaja an Nahdliyah. Artinya, kaderisasi IPNU IPPNU sebagai komitmen Nahdlatul Ulama untuk sedini mungkin mengenalkan ajaran agama yang sanadnya bisa dipertanggungjawabkan ini agar segera dikenal, didalami, dan menjadi kesadaran keberagamaan para kaum mudanya.
Kedua, alasan Human Development. Bekal lain yang segera perlu disadari adalah tentang pengembangan diri. IPNU IPPNU menjadi wadah menumbuhkan potensi secara bertahap dan terarah sehingga tiap kader menemukan pintu-pintu kemanfaatan perannya ke depan. Kaderisasi IPNU mulai dari yang formal, informal, dan nonformal ini menyediakan ruang belajar dan bertumbuh kepada kadernya untuk membekali dengan berbagai softskill. Misalnya, kemampuan komunikasi, administrasi, dan keahlian berbasis minat bakat.
Ketiga, alasan Character Building, yakni pembentukan karakter. IPNU IPPNU menjadi kawah candradimuka yang selain mengasah sisi kecerdasan intelektual melalui keluasan wawasan, juga menempatkan pembentukan karakter atau akhlak dalam fokus kaderisasinya sehingga mengarahkan kadernya selain punya daya saing juga sekaligus dicintai masyarakat. Hal ini bisa dilacak dari kultur organisasi IPNU IPPNU yang mengedepankan sopan santun, saling menjaga muruah satu sama lain, dan kedekatan dengan para masyayikh sebagai pusat teladan nilai.
Keempat, alasan Organisatoris. Ini juga tak kalah penting. Kesadaran berjam’iyyah sudah barang tentu perlu dibangun sejak dini. Kepekaan memahami visi bersama, kepaduan gerakan yang kokoh nan strategis, dan adab-adab struktural itu menjadi bagian dalam kurikulum pengajaran dan pendidikan IPNU IPPNU.
Kelima dan yang terakhir, alasan Regenerasi. IPNU IPPNU sebagai lahan pembibitan sekaligus tangga pertama dalam kaderisasi Nahdlatul Ulama. Ikhtiarnya mempersiapkan kader secara kapasitas dan mental agar punya kemampuan menjadi penerus tongkat estafeta perjuangan para ulama, kiai, dan tokoh-tokoh NU dalam berbagai ranah peran yang strategis ke depan. Bismillah walhamdulillah.
*Materi yang sama disampaikan dalam sesi ‘Age Nyaring’ di PAC IPNU IPPNU Turen bertemakan “BERKAD: Belajar Kaderisasi”
Penulis: Mochammad Nur Aziz (Direktur LKPT PW IPNU Jawa Timur)