NUMALANG.ID.-Rosulullah SAW bersabda: “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlakul karimah” (al-hadits). Hadits tersebut sebenarnya memberi arahan kepada kita untuk
memperbaiki adab kita, karena adab merupakan sesuatu yang
sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Serat
“wedhatama” karya Mangkunegoro IV juga menerangkan bahwa ketika seseorang menguasai inti sari ilmu pengetahuan,
dia akan mengalami
penghalusan budi pekerti/adab.
Senang ketika
disebut bodoh, tidak sakit jika
dihina. Oleh karena
itu, seyogianya kita bersungguh-sungguh dalam
menuntut adab. Mempelajari
adab hendaknyasebagaimana seorang ibu ketika mencari anak satu-satunya yang sedang hilang. Ya tentu sang ibu akan sangat bersungguh-sungguh untuk mencari anak semata wayangnya yang
hilang tersebut. Begitulah gambaran untuk belajar adab menurut
Imam Asy-Syafi’i.
Imam Asy-Syafi’i menyatakan: “satu huruf dari adab yang aku dengarkan membuat seluruh ruas tubuhku ini senang, dan sesungguhnya tiap ruas tubuh itu mempunyai pendengaran yang akan merasakan
kenikmatan ketika mendengar satu huruf ilmu tentang adab”.
Adab sangatlah tinggi posisinya dibanding ilmu-ilmu lainnya. Mengutip dawuhnya para Ulama’ yang diterangkan oleh
Hadrotus Syekh Hasyim Asy’ari dalam kitab beliau: “Tauhid itu menetapkan iman, maka barang siapa tak beriman berarti dia tak bertauhid. Iman itu menetapkan syari’at, maka barang siapa tak
bersyari’at berarti ia tak beriman dan tak bertauhid. Syari’at itu menetapkan adab, maka barang siapa tak beradab berarti ia tak bersyariat, tak beriman, dan tak bertauhid”. Subhanallah, begitu tinggi
kedudukan adab. Hal ini sebenarnya sejalan dangan hadits yang sering kita baca dalam kitab “arba’in nawawi” yakni hadits tentang datangnya seorang laki-laki tak dikenal (yang ternyata adalah malaikat jibril) yang menanyakan tentang Iman-Islam-Ihsan.
Silahkan dilihat sendiri keterangan lengkap haditsnya dalam kitab tersebut.
Walhasil, adab atau kalau dalam hadits tadi disebut ihsan merupakan titik puncak seorang hamba. Semakin tinggi dan dalam seseorang mengenal Islam maka semakin bagus pula adab
atau budi pekertinya. Karena dalam setiap gerak geriknya ia selalu merasa melihat Allah ataupun dilihat Allah, sehingga ia akan malu berbuat yang tidak benar. Begitu indah kanjeng Nabi Muhammad
mengajarkan kita untuk selalu ramah, kepada siapapun. Islam itu
ramah. Tanpa kekerasan dan tanpa paksaan. Sebagaimana kita
ketahui bahwa Rasulullah SAW berhasil dalam dakwanya karena
kelembutan sikapnya.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
-wallahu a’lam-
Penulis: Sidiq Nugroho




