MALANG, NUMALANG.ID – Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (LESBUMI) Sobo Deso kembali menggelar agenda rutin “Ngaji Sewelasan” yang kali ini akan menyelami peran krusial pesantren dalam transmisi ilmu melalui transformasi aksara. Acara ini dijadwalkan pada Sabtu, 21 Juni 2025 (24 Dzulhijjah 1446 H), pukul 19.26 WIB, bertempat di Green Sunset Education, Desa Sukopuro, Jabung, Kabupaten Malang.
Menguak Akar Aksara di Pusat Keilmuan Islam
Dengan tema sentral “Transformasi Aksara Di Pesantren Sebagai Media Transmisi Ilmu: Studi Manuskrip Syaikhul Barri karya Kanjeng Sunan Bonang”, Ngaji Sewelasan kali ini akan menyoroti pesantren bukan hanya sebagai garda terdepan kajian keislaman, tetapi juga sebagai penjaga kearifan lokal. Salah satu aspek menarik yang akan dibedah adalah pemanfaatan aksara Pegon (Arab-Jawa) dan Jawi (Arab-Melayu) dalam khazanah sastra pesantren. Kedua aksara ini dianggap tak sekadar medium tulis teks keagamaan, melainkan juga saksi bisu perkembangan tradisi literasi Nusantara.
Penggunaan Pegon dan Jawi di pesantren menunjukkan adanya dialektika budaya yang kaya antara tradisi Islam dan warisan pra-Islam. Hipotesis utama yang akan dikaji adalah bahwa kedua aksara tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan hasil evolusi bertahap dari tradisi tulis Jawa Kuno (Kawi) yang berakar pada pengaruh aksara Pallawa dari India, yang masuk ke Nusantara sekitar abad ke-4 Masehi. Aksara Pallawa inilah yang menjadi fondasi bagi perkembangan Kawi pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Jawa, yang selanjutnya berevolusi menjadi aksara Hanacaraka (Jawa Modern). Jejak pengaruh ini juga kentara dalam sistem penulisan Jawi dan Pegon.
Transformasi aksara ini tidak hanya berhenti pada level grafis, namun juga merambah pada struktur bahasa dan sastra. Ini tampak jelas dalam teks-teks klasik pesantren yang memadukan unsur Islam dengan kosakata dan metrum Jawa Kuno.
Pesantren: Jembatan Budaya Antar Generasi
Melalui penelusuran benang merah antara aksara Pallawa, Kawi, Hanacaraka, Jawi, dan Pegon, Ngaji Sewelasan LESBUMI Sobo Deso bertujuan mengungkap bagaimana pesantren berperan sebagai jembatan budaya yang menghubungkan masa lalu, sekarang, dan masa akan datang. Dengan pendekatan filologis dan linguistik historis, kajian ini akan menganalisis beberapa naskah pesantren untuk membuktikan bahwa tradisi tulis Islam Nusantara merupakan kelanjutan dari warisan intelektual yang telah ada jauh sebelum kedatangan Islam.
Temuan dari kajian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan serta memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika akulturasi dalam sejarah intelektual Nusantara. Bagaimana Ngaji Sewelasan kali ini akan membuka cakrawala baru tentang kekayaan budaya dan intelektual pesantren di Jawa Timur?