numalang.id-Hai..namaku Jio Hao Anyuni,teman-temanku biasa memanggilku anyuni,Atau lebih terkenalnya (Censi) teman-teman menyebut dan memberi nama itu, cewek cantik penuh prestasi,kurang lebih itu artinya karna aku adalah pribadi yang mudah sensi tapi banyak prestasi, kata temanku,kala itu. Aku adalah seorang gadis yang masih dalam dekapan almamater madrasah. Aku memiliki beberapa hobi, menulis dan membuat rangkaian kata puitisme adalah salah satu hobiku.
Ku tuliskan kisahku sendiri untuk mengabadikan momentnya. Kisah ini berawal ketika aku menginjakkan kaki di sebuah tempatku menimba ilmu. Boarding School Hidayah..ya itu nama sekolah ku ketika aku berusia 13 tahun. Dimana waktu pertama kali aku bertemu dengan salah satu insan berjiwa bagaikan bundaku, kenapa begitu? Karna sikap, sifat,dan tutur katanya sama persis dengan bundaku. Terlihat cuek, namun sebenarnya penyayang, terkesan tak peduli, namun sebenarnya mudah khawatir. Bisa dibilang “Dia” adalah cinta pertama ku. Pertama kalinya seorang gadis manja menolehkan lirikkan mata pada seorang laki-laki. Tahun 2021 aku berkunjung ke sekolah di hari libur untuk memenuhi amanah guruku, kala itu..kantor sekolah lah yang menjadi tujuanku. Lirikkan itu jatuh seketika pada seorang insan yang pada saat itu mengenakan jaket berwarna cokelat, celana hitam, tas cokelat dan sepatu hitamnya. Berjalan menuju sudut ruang gedung, kantor sekolah yang menjadi tujuan langkah kakinya. Siapakah dia?…jiwa semakin meronta-ronta ingin sekali bertutur sapa dengannya. Tujuan yang sama menjadikan kesempatan dikala kesempitan. Ketika ku melangkahkan kaki tepat di depan pintu, ku dapati ia sedang berbincang dengan guruku itu. Lambaian tangan guruku bergerak, yang memberikan kesan padaku untuk beranjak dari pintu menuju kedalam ruang kantor tersebut. Setelah aku berbincang dan mendapatkan amanah dari guruku,..disela-sela itu aku sedikit memalingkan wajah untuk melihat ia sedang melakukan apa. Kertas?menulis? Apa yang sedang ia lakukan. Terbesitlah dibenakku menerka…apakah ia guru baru disini?..(berfikir) karna pada saat itu guru fiqih lama disekolah ku telah meninggal dunia.
“Ya..!! Pasti dia guru baru” (batinku seraya membawa berkas-berkas yang telah guruku amanahkan padaku,tersenyum tipis.). Jiwa semakin meronta-ronta, dan dengan nekatnya aku menyapa.
“(Tersenyum)..guru baru ya?” (Sapaku tersenyum dengan merasa sangat ingin tahu)
“(Sedikit melirik) eh..hai..iya hihi” (jawabnya cuek). Setelah itu aku kembali dengan perasaan kesal dan penuh kebencian, bagaimana tidak benci dengan keantusiasanku menyapa namun hanya dibalas sikap acuh.
Beberapa hari setelah itu..sekolah aktif kembali dengan bertatap muka, setelah sekian lamanya daring karna pada saat itu ada wabah penyakit yang mengharuskan semua berdiam diri dirumah, Covid-19. Senang, bahagia rasa di ujung kalbu ini yang merasa bebas ibarat ikan yang lama tak bersua dengan air. Duduk dengan tenang, bersenda gurau dengan semua teman. Tak lama kemudian terdengar langkah kaki yang berarah menuju kelas, terkejutlah aku ketika mendapati seseorang yang membuka pintu dengan membawa buku dan laptopnya itu. Dia adalah insan yang lalu aku jumpai, ternyata dia adalah guru baru dikelasku. Alangkah terkejutnya lagi ketika aku tau ketika namanya sama dengan namaku. Dengan perasaan yang sama padanya,kesal teringat akan sikap acuhnya kala itu. Guru fiqih baru di sekolah dan kelasku. “Baik..sebelumnya perkenalkan nama saya Ar’an Jia Hao,yang akan menemani belajar kalian di mapel fiqih,untuk hari ini esok dan seterusnya.” (Sorak teman-temanku ketika tau namanya sama dengan ku.)
“Waahh namanya sama kayak anyuni pak..” (kata salah satu temanku), (seketika suasana kelas menjadi ramai layaknya dipasar.). Seketika aku semakin kesal dan membencinya.
Disitulah awal aku bertemu dengan nya,dengan memiliki latar belakang nama yang sama,hobi yang sama dan aku merasa banyak kesamaan diantara kita. Hingga tak dirasa waktu berjalan begitu cepat, rasa kebencian ini kian hilang dengan sendirinya hingga pada suatu hari banyak kegiatan dan event di sekolahku yang selalu melibatkan ku dan dia sebagai pembina organisasi yang aku ikuti, selalu disibukkan bersama,selalu mendokumentasikan hal-hal kecil hingga membuat kita tertawa satu sama lain. Kebiasaan dan aktivitas di sekolah yang membuat kita saling nyaman satu sama lain, mulai terbiasa dan lama-kelamaan menjadi sebuah cinta di hatiku..namun aku tak pernah ada nyali untuk menyampaikannya, rasa kebencian kala itu berubah drastis menjadi genangan lautan merah yakni cinta. Karna berawal dari penuh keterpaksaan yang lama-lama menjadi biasa dan luar biasa. Tak terasa hingga 2,5 tahun lamanya kita bersama, sebentar lagi aku akan melanjutkan studyku ke jenjang berikutnya..ujian akhir pun dimulai. Suka duka selama ini yang telah kita jalani selama ini, meski jarang bertutur sapa dengan menghabiskan waktu berdua..kita selalu menyatu pada jam-jam yang nyata, selalu paham pada setiap kondisi walau sebenarnya banyak pro-kontra, kala itu.
Tibalah dimana saat aku wisuda akhir jenjang smp ini, sedih? Tentu..rasa senang..sedih menjadi satu,senang karna bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, namun disisi lain sedih akan berpisah dengan teman,sekolah,dan paling utama adalah dengan “Dia”. Pagi ini aku menelusuri semua jalan yang pernah aku tapakkan kaki di sana..tahun 2021..2022..2023..ini..telah aku lalui..tak sendiri, pastilah dengannya yang selalu memberi support dan dia juga menjadi salah satu alasan aku semangat untuk belajar dan menggapai prestasi sebanyak itu. Dia telah banyak merubahku semakin baik, merubah diri seorang anak manja menjadi seorang wanita yang tangguh. Dia berhasil membuatku jatuh hati, dia berhasil merubahku menjadi wanita yang lebih mengerti akan makna kehidupan, kedewasaan dan kesederhanaan. Saat wisuda berlangsung..dia adalah seorang yang selalu mendokumentasikan segalanya..saat aku pidato kedepan..saat aku maju, selalu tersirat.
Saat wisuda selesai..aku mencoba mencari sosoknya,dengan anggun aku berjalan dan mendapati ia sedang duduk termenung bersama temannya.
“Ya Allah pak..saya cari dari tadi..disini toh” (sapaku, sedikit kesal.)
“Loh nyari saya ta..waduuhh ada apa” (jawabnya sambil tersenyum)
“iya pak..boleh minta foto bersamanya..buat kenang-kenangan?” (Ajakku dan berharap ia mau). Karena pada saat wisuda itu aku menyewa jasa fotografer untuk mengabadikan moment saat-saat terakhir ini.
“Boleh..ayok-ayok, dimana..” (jawabnya senang dan tergesa-gesa),
(seketika aku merasa syok dan senang)
“ayok pak disana aja bagus” (jawabku).
Setelah foto bersama aku di ajak untuk mengikutinya.
“Okee..fotonya sudah..sekarang ikut saya bentar,saya ada sesuatu” (katanya sambil memberi kesan agar aku mengikutinya)
“Anyuni..ini adalah waktu terakhir saya bisa mengawasi kamu disini..harapan saya kedepannya anyuni bisa lebih baik dan istiqomah dalam kebaikan, walau tidak ada saya anyuni harus bisa melawan kebodohan ya, jangan nangisan lagi kamu sudah besar..jangan bergantung pada siapapun, jadilah pribadi yang mandiri (seraya memberi sesuatu) ini ada sedikit kenang-kenangan dari saya..dibaca ya..semangat,sukses selalu”.
(ucapnya padaku untuk yang terakhir kalinya di masa aku smp).
“Iya..terimakasih banyak ya pak” (jawabku, terharu).
Setelah wisuda itu…seketika aku merasa benar-benar kehilangan, bukan merasakan perpisahan ini…namun hati ku berkata aku kehilangan. Hari-hari berlalu..sekarang aku bersekolah di Boarding School Negeri…ya,sudah SMA tepat berusia 15 tahun. Hari demi hari…bulan demi bulan…tahun demi tahun…aku jalani dengan kesendirian..penuh dengan kerinduan,setiap malam panjang penuh dengan rintih tangis dan do’a, berharap di pertemukan dan di satukan kembali. Takdir menjawab kami bertemu pada salah satu acara di HUT sekolah SMA ku…namun tak berjalan lama..hanya sesaat namun hatiku sudah merasakan kehangatan itu kembali. Cuek? Lama tak bersua kenapa dia berubah..tak lama kami berbincang lalu dia pergi dan menyambung obrolan lewat Whatsapp. Singkat padat dan cuek, tak apa lah..aku faham maksudnya.
Dan tepat usiaku 16 tahun,yang sudah duduk di bangku kelas XI jurusan Bahasa. Waktu mempertemukan kami kembali dan lagi-lagi tak lupa dengan dokumentasi dan obrolan singkat. Aku bisa bertemu lagi dengannya karna lagi-lagi aku mengikuti salah satu organisasi di sekolah..tahun ini aku mengikuti OSIS dan terpilih menjadi DUTA.
Bertemu dikemudian hari karna ada event di sekolah ku yang mengadakan acara lomba tingkat smp/mts sederajat.
Pagi itu..
“Selamat datang..silahkan langsung registrasi” (sapaku cuek profesional)
“Loh..masyaallah cantiknya..lama tak bersua..ini langsung kemana”(jawabnya, ramah)
“(Aku tersenyum) langsung masuk saja lewat sini silahkan” (jawabku singkat)
Lagi-lagi obrolan itu berhenti sampai disitu saja dan di lanjut di Whatsapp..
“Boleh saya minta tolong..saya ada tugas dari sekolah..Boleh nanti saya minta dokumentasi sama adik-adik dan pendamping..karna saya alumni..”(sapaku di chat)
“Halo-halo..boleh banget dong..dimana?” (Jawabnya cepat)
“Nanti saja setelah pengumuman lomba”(jawabku)
“Oke-oke ditunggu”(jawabnya antusias)
Selalu berakhir seperti itu…tiada akhir yang melegakan..aku hanya berusaha tetap terlihat elegan dihadapannya..karena kata bunda (secinta-cintanya kamu dengan laki-laki jangan sampai harga dirimu rendah karna kau gila cinta.)
Hingga detik ini..kisah cintaku yang menggantung selama bertahun-tahun..serasa aku ingin loncat dimasa depan untuk melihat bagaimana ending dari kisahku ini,yang selalu berharap bisa disatukan oleh waktu. Bagaimanakah kelanjutannya?.
Penulis: Ananda Ayu Anjani (Siswi MAN 2 Malang)