Foto: syawir kitab kuning di gubuk purwojati (Pesantren rakyat).
numalangid – Hadirnya internet dan maraknya pengguna gawai menjadi alarm menandakan bahwa kita telah memasuki era disrupsi (sebuah lompatan perubahan dari sistem lama ke cara-cara baru). Perubahan ini bisa dimaknai dengan hal positif. Media informasi baik di internet maupun media cetak, sampai saat ini terus berkembang mengikuti arus perubahan zaman. Tidak dapat dipungkiri, jika informasi sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat awam maupun kaum berpendidikan.
Dari arah sini, terdapat benang merah yang dapat ditarik bahwa ada sekumpulan pemuda – pemudi yang menamakan diri dengan “tarekat syawir kamulyan”. tarekat berarti suatau jalan atau metode. Kata syawir ini bisa berarti musyawarah, rembukan, sharring, pembahasan, jagongan. Sedangkan, “kamulyan” berarti suatu kemuliaan. Secara istilah dikandung makna tarekat syawir kamulyan ini adalah jalan atau metode mereka untuk membahas kemuliaan.
Salahsatu penggagas, siddiq zamzam akrab dipanggil sidiq memaparkan bahwa “tarekat ini lahir dari beberapa pemuda yang merindukan suasana syawir kitab kuning, dalam hal ini mereka adalah muda-mudi alumni pondok pesantren yang merasa mulai jarang membuka kitab kuning.
Syawir kamulyan ini dilakukan 1 kali dalam sepekan, yakni Jum’at malam Sabtu. Di Gubuk Purwojati, Pesantren Rakyat sumberpucung, Malang. Pada jum’at (18/8/23).
“saya rasa alumni pesantren sangat tepat turut bergabung di syawir kamulyan, termasuk siapapun dari kalangan masyarakat yang juga ingin turut bergabung ngaji atau njagong di syawir kamulyan, ” tegasnya, melalui chat whatsapp (19/8)
Ia berharap semoga syiar kamulyan ini tercium dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
Rutinan ini merupakan safari dakwah yang bertempat pada masjid, musola, ataupun rumah perseorangan, sesuai permintaan atau permohonan kami.
Motto syawir kamulyan ; Wiridan ngaji, preine yen wis mati (wiridan ngaji, liburnya jika sudah mati), tutupnya