Minggu, September 22, 2024
spot_img

Peradaban pelajar NU

numalang.id – Tafakur tentang organisasi dapat diawali dengan episentrum yang telah masyhur, yakni penyesalan selalu datang di akhir, kalau diawal namanya ta’arufan perencanaan. Gagasan ini perlu dipahami bagi pelajar-siswa, mahasiswa, dan santri-NU.

Hakikatnya sebutan “pelajar” diberikan kepada peserta didik yang mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan. Sedangkan, dalam arti sempit pelajar ialah peserta didik itu sendiri. Jadi, guru atau dosen merupakan pendidik dan siswa, santri, maupun mahasiswa merupakan peserta didik/pelajar.

Mumpung masih muda, masih belum memiliki tanggungan rumah tangga. Lebih baik jika memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk berproses serta mengabdi di organisasi dengan aktivitas yang produktif, membuka lautan relasi, mengukir pengalaman, melatih tanggung jawab, hingga menemukan jati dirinya.

Sangat menyedihkan jika menjadi tua nanti dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kekhawatiran nilai IPK, tumpukan tugas kuliah, dan rutinitas hidup yang monoton. Apa sejarah hidup seperti itu, yang akan diceritakan kepada anak cucu?

Peradaban Sadar Diri sebagai langkah awal Organisasi

Pada umumnya, maju atau mundurnya setiap organisasi bergantung pada SDM masing-masing. Sehebat apa pun visi dan misi suatu organisasi, tanpa adanya SDM yang ideal, semua orientasi hanya berhenti sebatas wacana. Oleh karenanya, kualitas, integritas, kredibilitas, maupun spiritualitas SDM sangat menentukan eksistensi organisasi. Misalnya begini, kelakuan saya (*tolong jangan ditiru) yang telah bersumpah mengabdi pada IPNU (Ikatan Pelajar NU) memakai baju yang amburadul, bertingkah petakilan, buluk, suka berkata kasar, dan menunda-nunda dalam melaksanakan kewajiban. Sebagai salah satu representasi kader IPNU, sikap yang demikian akan mencoreng nama baik organisasi secara tidak langsung. Kemudian, misalnya, bandingkan dengan teman-teman HTI yang berpakaian rapi dan wangi, perilaku yang islami, rajin ke masjid sebelum azan, dan agak kemarab saat bertegur sapa, “Akhy, ukhty” diiringi esem e yang manis. Bagi orang awam, kemana mereka akan tertarik?. Artinya, sebagai upaya menunjang progresivitas masa depan organisasi, hal pertama yang perlu ditanamkan adalah Peradaban Sadar Diri. Jadi, setiap langkah yang kita lakukan akan mencerminkan citra organisasi. Jika karakter kita baik, maka eksistensi yang berkaitan dengan masa depan organisasi juga akan baik. Begitu sebaliknya.

Jitu tasyarufan kader secara struktural, kultural, dan fungsional.

Setelah itu, langkah kedua yang dipersiapkan untuk masa depan organisasi, yakni Distribusi Kader secara Struktural, Kultural, maupun Fungsional. Salah satu indikator kuat dalam keberlangsungan organisasi ditentukan oleh kontribusi alumni. Ekspresi kontribusi ini dapat dirasakan melalui berbagai dimensi.
Pertama, distribusi kader secara struktural. Para alumni IPNU IPPNU yang memiliki peran strategis di tingkatan IPNU IPPNU dengan strata yang lebih tinggi dapat mewadahi kader-kader yang ingin melanjutkan proses pengabdian di IPNU IPPNU atau afiliasi Banom Nahdlatul Ulama pada skala yang lebih luas.

Kedua, distribusi kader secara kultural. Para alumni yang memiliki kemampuan, keterampilan, termasuk jaringan yang luas dapat membantu serta mendukung kader secara emosional, mental, atau pun finansial.

Ketiga, distribusi kader secara fungsional. Para alumni yang berada di fungsi penting suatu lembaga, perusahaan, termasuk parlemen dapat memberikan support secara personal dan institusional bagi kader-kader. Dengan demikian, distribusi kader dari majelis alumni kepada kader-kader mesti menghadirkan semangat dan loyalitas yang tinggi untuk kemajuan organisasi.
Karena itu, para majelis alumni juga yang berada di fungsi penting dari suatu lembaga, perusahaan, dapat diberikannya. Bentuk bantuan alumni bisa berupa uang, ide-ide inovatif dan pengarahan jika terjadi, hal ini terjadi jika tidak ada support yang kain.

Gambaran design masa depan IPNU IPPNU yang lebih maslahat secara sederhana dapat dilakukan dengan beberapa langkah di atas. Saya yakin bahwa IPNU IPPNU adalah barometer organisasi pelajar satu-satunya yang secara resmi masuk dalam Banom Nahdlatul Ulama berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Jalan IPNU IPPNU yang memegang prinsip belajar, berjuang, dan bertakwa ialah amanah yang dilakukan kepada kader untuk terus mengikuti pola kegiatan intelektual, sosial, dan spiritualis. Slogan yang populer dengan 3B itu ada mempunyai makna tersendiri yaitu;
Belajar, kewajiban belajar itu sepanjang hanyat. Jadi bagaimana kita sebagai manusia mempunyai kewajiban belajar. Tidak hanya ketika sebagai “pelajar” saja, akan tetapi kewajiban sepanjang hanyat.

Berjuang, kewajiban Semua orang. berjuang melawan kebodohan, dan lain-lain. (butuh perjuangan).

Bertaqwa, semua wajib. Bagaimana kita ber amar makruf nahi munkar (berbuat baik kepada sesama dan meninggalkan yang jelek.

Terlebih saat ini, IPNU IPPNU tumbuh subur bagaikan oase di tengah padang pasir untuk mahasiswa. Kenapa? Karena hanya organisasi ini yang berkomitmen mengabdi pada bangsa dan negara tanpa memiliki kepentingan. Itulah sebabnya, suatu kebanggaan sekaligus kehormatan bagi rekan-rekanita yang diberi kesempatan Tuhan untuk berproses di organisasi kepelajaran Nahdlatul Ulama.

Tidak ada paksaan saat kalian mengikuti organisasi ini. Bahkan kalian juga tidak digaji atas jerih payah perjuangan. Tapi ingatlah saat hati, pikiran, gerak langkah masih selalu ingin dan selalu bertemu organisasi ini. Berarti yang mau minta kalian berjuang bukanlah teman-teman yang ada disini. Tetapi Allah Swt dan mbah Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.

Pesannya mbah Hasyim “Barangsiapa yang mau mengurus NU akan aku anggap sebagai santriku. Siapa yang menjadi santriku akan kudoakan husnul khatimah beserta anak-cucunya.” Amin.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
-- advertisement --spot_img

Jangan Lewatkan

Terkini