Kamis, September 19, 2024
spot_img

Dalam kajian perdananya, Lembaga Bahtsul Masail MWCNU Kec. Wagir, Membahas Bab Thaharah. Berikut ulasanya…

NUMALANG.ID-Wagir. Dalam kitab Qami’ut Thughyan, bersuci merupakan cabang iman yang ke dua puluh. Rasulullah Saw bersabda:” Bersuci itu separuh dari iman”. Menurut Syeikh Suhaimi hadist ini berarti bahwa berwudhu lahir batin dilihat dari pahalanya adalah separuh dari iman. Syeikh Hatim al-Asham berkata kepada ‘Ashim bin Yusuf:” Apabila waktu sholat telah datang, berwudhu lah engkau dengan dua wudhu, yaitu wudhu lahir dan batin!”. ‘Ashim bin Yusuf berkata:” Bagaimana wudhu tersebut?” Syeikh Hatim al-Asham berkata:” Wudhu lahir sudah engkau ketahui, sedangkan wudhu batin ialah dengan bertaubat, menyesali perbuatan dosa, meninggalkan perasaan dendam, menipu, keragu-raguan, kesombongan, dan meninggalkan kesenangan kepada penampilan dunia, pujian manusia, dan politik praktis”. Dalam hal ini Sahabat Sayyidina Umar bin Khattab Ra, berkata:” Wudhu yang bagus dapat menolak kejahatan syaithan dari Anda”. Jadi, bersuci (Thaharah) itu hal yang sangat penting dan mendasar dalam Islam.

Pengertian Bersuci
Dalam kitab Fathul Qarib, pengertian Bersuci ada banyak pengertian, diantaranya adalah suatu perkara yang menyebabkan seseorang diperbolehkan mengerjakan sholat. Seperti wudhu, mandi, tayammum dan menghilangkan najis.

Beliau juga mengatakan bahwa air yang sah untuk bersuci itu ada 7 (tujuh) macam, yaitu
1. Air hujan.
2. Air laut.
3. Air sungai.
4. Air sumur.
5. Air sumber.
6. Air salju.
7. Air es.

Ketujuh macam air tersebut di atas, kemudian diklasifikasi menjadi dua, yaitu air yang datang dari langit dan yang dari bumi. Sedangkan menurut asalnya semua air itu adalah air langit.

Kemudian air-air tersebut dibagi lagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu

1. Air mutlak, yaitu air suci keadaannya dan mensucikan kepada yang lainnya, tidak makruh memakainya jauh adanya qoyyid (ikatan) yang tetap maka tidak akan berakibat bahaya adanya qoyyid yang pecah seperti air sumur yang keadaan mutlak.

Kebalikan dari air mutlak adalah air Muqayyad (terbelenggu). Yakni air yang penyebutannya selalu dikaitkan dengan nama sesuatu dimana air itu dihasilkan. Seperti air mawar, air buah-buahan atau air sayuran. Atau air yang sudah di gunakan untuk menghilangkan najis atau hadast yang dinamakan dengan air Musta’mal. Predikat atau label di atas ( air mawar, air buah-buahan dan air Musta’mal) yang selalu menyertai dalam penyebutan airnya kapan saja air itu disebut, jelas menandai telah adanya nama baku pada diri air itu.

Imam Al-Jurjani dalam Al-ta’rifatnya menjelaskan bahwa air mutlak adalah air yang masih dalam asal kejadiannya, tidak terkena najis dan tidak pula tercampuri barang-barang suci yang lain secara berlebihan.

Dan, air yang paling utama adalah air yang keluar dari antara jari-jari Baginda Nabi Saw, riwayat lain keluar dari jarinya, kemudian air zam-zam, lalu air telaga Kautsar, disusul air sungai Nil, kemudian air dari sungai -sungai lain seperti sungai saihun, jaihun, dajlah, dan furat. (Hasyiah Al Bajuri 1/26).

Dan, adapun air Musta’mal adalah tidak sah bersuci dengan air Musta’mal yang sedikit dalam menghilangkan hadast dan najis. Maka apabila orang yg berwudhu memasukkan tangannya dalam air yang sedikit setelah membasuh wajahnya tanpa berniat ightirof (menciduk) , maka sisa air itu menjadi musta’mal. Dan, air musta’mal sah digunakan dalam bersuci yang disunnahkan seperti basuhan kedua dan ketiga. (Muqaddimah Al Hadhramiyah, 17)
Referensi
القران الكريم.الفرقان. ٤٨
وهو الذي أرسل الرياح بشرابين يدي رحمته وأنز لنا من السماء ماء طهورا.

الحلوى الكبير للامام ابي الحسن على بن محمد بن حبيب الماوردى.
قال الشافعي رحمه الله: و كل ماء من بحر عذب أو مالح السماء أو برد أو برد أو ثلج مسخن و غير مسخن فسواء والتطهير به جاءز

معجم التعريفات للعلامة على بن محمد سيد الشريف جرجانى.(١٦٣. دار الفضيلة)
الماء المطلق هو الماء الذى بقى على اصلى خلقه ولم تخالطه نجاسة ولم يغلب عليه شيء طاهر

مقدمة الحضرمية الشيخ عبد الله بن عبد الرحمن بفضل
فصل لا تصح الطهارة بالماء المستعمل القليل في رفع الحدث وإزالة النحس فإذا ادخل المتوضء يده في الماء القليل بعد غسل و جهه غير ناو للاعتراف صار الماء الباقي مستعملا والمستعمل في طهر مسنون كالغسلة الثانية و الثالثة تصح الطهارة

Ust. Sundoko (Ketua Lembaga Bahtsul Masail MWCNU Kec. Wagir)

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
-- advertisement --spot_img

Jangan Lewatkan

Terkini