Organisasi Islam terbesar di dunia yang bernama Nahdlatul Ulama’ (NU) ini telah menempuh perjalanan panjang dengan banyak prestasi dan sejarah hebat yang telah menjadi legacy selama hampir 100 tahun kiprahnya sejak berdiri di tahun 1926 M. Keberadaan dan kebertahanan Nahdlatul Ulama’ (NU) sampai sekarang menunjukkan bahwa Nahdlatul Ulama’ (NU) sebagai organisasi Islam memiliki peran yang sangat besar bagi kemajuan peradaban Islam. Bagaimana mewujudkan organisasi Nahdlatul Ulama’ (NU) ke depan agar bisa tetap survive dan menjadi organisasi idaman yang diminati oleh masyarakat tidak hanya di Indonesia bahkan dari bangsa manapun di dunia seiring dengan perjalanannya yang akan memasuki abad ke-2?… ini membutuhkan banyak renungan bagi kita bersama selaku warga nahdliyin.
Jam’iyah NU yang terdiri dari banyak lembaga dengan berbagai spesifikasi yang menjadi garapan baik di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, lingkungan, budaya dan masih banyak lagi, belum lagi ada lajnah dan badan otonom yang kesemuanya berdakwah, bergerak secara dinamis melalui berbagai program dalam menjawab permasalahan umat. Dinamika jama’ah Nahdlatul Ulama ini tidak menutup kemungkinan dalam menjalankan proses akselerasi dakwahnya memunculkan gesekan-gesekan yang terkadang berujung pada konflik antar sesama dengan berbagai sebab, yang sebenarnya hal ini harus dihindari sejak dini.
Dapat diilustrasikan jam’iyah Nahdlatul Ulama’ itu ibarat sebuah bangunan rumah yang besar dan megah, yang memiliki fondasi kuat beserta tiang-tiang yang kokoh, didalamya memiliki banyak ruangan/ kamar dengan penghuni yang sangat banyak. Bangunan yang besar dan megah ini supaya kelihatan makin kokoh dan tetap cantik di bagian luar dan bagian dalamnya sehingga penghuninya semakin kerasan dan makin menarik perhatian masyarakat luar salah satu kuncinya adalah dibutuhkan peningkatan komitmen perjuangan bagi semua penghuni dalam rumah besar itu bahwa mereka bekerja bukan untuk kepentingan dan keuntungan kamarnya sendiri atau dengan lain kata bahwa dakwah yang mereka lakukan bukan hanya untuk kepentingan membesarkan lembaganya sendiri apalagi untuk kepentingan pribadi, tapi semua perjuangan yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan rumah yang besar artinya tetap untuk mengokohkan jam’iyah Nahdlatul Ulama.
Komitmen organisasi (organisational commitment) adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya (dalam hal ini adalah Nahdlatul Ulama). Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi dan memiliki keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi serta berusaha keras sesuai keinginan organisasi. Selain hal tersebut, komitmen juga memiliki makna keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai serta tujuan organisasi, dengan kata lain, hal ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas pengurus maupun anggota pada organisasi, mereka akan mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan. Pengurus maupun anggota yang berkomitmen akan semakin kurang terlibat dalam pengunduran diri, sekalipun mereka tidak puas, karena mereka memiliki rasa kesetiaan keterikatan terhadap organisasi dan begitu pula sebaliknya.
Jika komitmen perjuangan ini benar-benar terpatri dalam diri setiap penghuni rumah baik dari kalangan pimpinan maupun anggota, kemungkinan ke depan bangunan rumah itu akan semakin kokoh, semakin menarik perhatian dan sangat sulit untuk ditumbangkan. Kalau seluruh penghuni rumah sudah memiliki komitmen perjuangan yang tinggi maka dapat dipastikan mereka akan memiliki loyalitas yang tingi pula, dan loyalitas yang tinggi ini akan berdampak pada meningkatnya kinerja dan produktifitas organisasi, yang pada akhirnya semakin mengokohkan bangunan rumah itu sendiri yakni organisasi Nahdalul Ulama di persada Nusantara ini.
Noer Rohmah, Dosen STIT Ibnu Sina Malang, Pengurus PC Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Kabupaten Malang
