back to top
Senin, Juni 30, 2025

Menanam Semangat Menulis di Kalangan Guru Ma’arif NU Kabupaten Malang

Lowokwaru, NU Malang – Di balik kesibukan mengajar dan tanggung jawab administratif, tersimpan kerinduan mendalam dari para guru untuk terus berkembang. Salah satu jalannya adalah melalui menulis. Kesadaran inilah yang mendorong Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Malang menggelar pelatihan penulisan jurnal ilmiah, sebagai upaya menumbuhkan budaya literasi dan memperkuat posisi guru sebagai aktor pengetahuan.

Bertempat di Gedung Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, pelatihan yang berlangsung pada Sabtu (28/6/2025) ini diikuti oleh puluhan guru dari berbagai jenjang pendidikan. Uniknya, kegiatan ini terbuka dan tidak dipungut biaya. Kehadiran mereka bukan semata mengejar sertifikat, melainkan bagian dari ikhtiar intelektual untuk naik kelas dalam dunia akademik.

Pelatihan ini dibuka oleh Prof. Dr. H. Amka, M.Pd., tokoh pendidikan yang dikenal konsisten mengawal gerakan literasi di lingkungan NU. Dalam sambutannya, Prof. Amka menekankan bahwa kemampuan menulis bukanlah pilihan, tetapi keharusan bagi guru. “Setiap guru harus punya jurnal. Menulis itu harus dengan perasaan,” ujarnya penuh semangat.

Baginya, menulis bukan sekadar aktivitas teknis, melainkan ekspresi kedalaman berpikir dan empati sosial seorang pendidik. Lebih dari itu, menulis merupakan cara untuk meninggalkan jejak intelektual dan kontribusi nyata dalam membangun peradaban.

Di akhir sesi, Prof. Amka memberikan apresiasi kepada seluruh peserta dan menyampaikan harapan agar pelatihan ini menjadi titik tolak perubahan. “Orang yang mau belajar adalah orang yang siap berubah. Semoga ilmunya membawa manfaat,” pesannya.

Kegiatan ini merupakan bagian dari langkah strategis LP Ma’arif NU Kabupaten Malang dalam membangun ekosistem pendidikan Islam yang tidak hanya berakar pada nilai Ahlussunnah wal Jama’ah, tetapi juga tangguh dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan. Di era di mana kompetensi guru kian dituntut berlapis, kemampuan menulis dan mempublikasikan karya ilmiah menjadi instrumen penting.

Lebih dari sekadar pelatihan, kegiatan ini membawa pesan bahwa guru adalah subjek ilmu, bukan semata-mata penyampai. Di sinilah pelatihan jurnal menjadi ruang belajar bersama, memperkuat kepercayaan diri, serta membuka kemungkinan kolaborasi riset antar-guru.

Banyak guru yang sebenarnya memiliki potensi menulis, namun kerap terhalang oleh minimnya pendampingan teknis dan akses ke publikasi ilmiah. Lewat pelatihan ini, mereka didorong untuk melampaui sekadar mengajar di kelas. Mereka didorong menulis tentang praktik baik, inovasi pembelajaran, bahkan refleksi kritis atas dinamika pendidikan di tengah masyarakat.

Dengan pendekatan yang membumi dan narasumber yang kompeten, pelatihan ini menjadi ruang berbagi yang setara. Di sinilah gairah menulis kembali menyala. Bagi sebagian peserta, ini adalah kali pertama mereka percaya diri menyusun artikel ilmiah. Bagi yang lain, pelatihan ini menjadi batu loncatan menuju publikasi di jurnal nasional.

Langkah kecil ini diyakini bisa membawa perubahan besar. Budaya menulis dan publikasi ilmiah, jika dibangun secara konsisten, dapat menciptakan tradisi akademik yang berkelanjutan di lingkungan Ma’arif NU. Tak hanya meningkatkan kualitas guru, tapi juga memperkaya khasanah keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.

Ketika para guru mulai aktif menulis, mereka tidak sekadar mendidik, tetapi juga menjadi penulis sejarah zamannya. Sebuah langkah senyap yang mampu mengubah wajah pendidikan dari dalam. Dan pelatihan jurnal ilmiah ini menjadi salah satu pintunya. (*)

spot_img
spot_img
-- advertisement --spot_img

Artikel Pilihan