back to top
Selasa, Juli 1, 2025

Kisah Bapak Tobroni, Penggerak Koin NU di Desa Sepanjang hingga Bisa Membangun Kantor NU Tingkat Ranting

Gondanglegi, Numalang,id – Sebuah bangunan berlantai dua di Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, berdiri kokoh. Sekilas orang melihat pasti sudah bisa menebak bahwa itu adalah Kantor Ranting NU, karena di depan terpampang logo Ranting NU, dan berbagai badan otonom serta lembaganya.

Kantor NU yang berdiri di tingkat ranting memang masih sedikit di Kabupaten Malang. Bisa dihitung dengan jari. Dan di Desa Sepanjang inilah salah satunya , sebuah desa yang berada di wilayah kabupaten dengan total 378 desa dan 12 kelurahan, serta tersebar di 33 kecamatan.

Di balik berdirinya Kantor NU di tingkat ranting ada seorang muharrik atau penggerak yang selalu bersemangat berjuang mengabdi di Nahdlatul Ulama melalui Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sedekah (Lazisnu) Ranting Sepanjang.

Namanya Bapak Tobroni, warga Desa Sepanjang, awalnya seorang Tobroni tidak mengenal seluk beluk ke-NU-an. Bahkan singkatan apa itu MWCNU, PCNU, PWNU, hingga Banom, dirinya tidak mengetahuinya.

Hal ini juga sempat ditanyakannya di forum rapat triwulanan MWCNU Gondanglegi. Praktis pertanyaan itu pun membuat suasana rapat menjadi sedikit ‘heboh’, dengan Sebagian besar peserta rapat tertawa ketika Tobroni melontarkan pertanyaan kepanjangan singkatan tersebut.

“Semua yang hadir tertawa mungkin pertanyaan saya itu aneh. Maklum orang baru masuk organisasi NU jadi ya tidak tahu yang bagi saya asing singkatan itu, makanya saya tanyakan walaupun akhirnya ditertawai,” tulis Bapak Tobroni mengisahkan pengalamannya berjuang di NU, melalui chat Whatsapp.

Bapak Tobroni mulai aktif di NU sejak munculnya wabah Virus Covid-19, sekitar tahun 2019. Waktu itu dirinya bertemu dengan Ketua Ranting NU Desa Sepanjang yang mengajak dirinya takziah bersama pengurus Lazisnu Ranting ke beberapa rumah duka di desanya.

“Waktu itu saya sempat kaget karena yang ditakziahi lebih dari satu. Yaitu tujuh tempat dan masing-masing diberi sembako dan dua dus air mineral,” kata Pak Tobroni.

Ia kemudian berfikir, dari mana asalnya sembako dan barang bawaan untuk takziah. Bahkan dalam seminggu bisa sampai 4 kali takziah ke rumah warga.

“Ternyata dari Koin NU yang dikelola Lazisnu,” katanya.

Ia kemudian berinisiatif untuk membawa mobilnya untuk digunakan takziah karena bisa untuk mengangkut barang bawaan sekaligus orang-orang yang ikut takziah.

Aktivitasnya di Lazisnu yang dimulai melalui kegiatan pentashorufan ke rumah duka membuatnya semakin giat dalam ber-NU.

Hingga suatu hari dirinya ditawari untuk ikut menyebarkan Kotak Koin NU. Ia diserahi 50 kotak dan dibagikan di salah satu wilayah Rukun Tetangga (RT). “Alhamdulillah, selang satu bulan setelah kotak diambil bisa terkumpul Rp930.000,” katanya.

Keaktifan Bapak Tobroni semakin mendapatkan apresiasi dari warga NU lainnya. Hingga suatu saat dirinya terpilih menjadi Ketua Lazisnu Ranting Sepanjang, serta Pengurus Lazisnu MWCNU Gondanglegi.

Menjadi seorang Ketua Lazisnu di tingkat ranting membuatnya memiliki ide untuk memiliki sebuah tempat yang bisa dijadikan kantor.

Awalnya sempat menghadap Kepala Desa setempat untuk menggunakan tanah desa, namun tidak bisa. “Alhamdulillah ada orang dermawan mau mewakafkan tanahnya untuk didirikan Kantor NU Ranting dengan uas 5×13,” ujarnya.

Pak Tobroni menjadi lebih bersemangat. Ia kemudian bergerak untuk mengajak musyawarah dengan tokoh-tokoh di desanya dan masyarakat. “Semuanya setuju untuk membangun Kantor NU Ranting,” ujar Pak Tobroni.

Dengan modal dari uang kas di Lazisnu Rp7 juta, yang kemudian dibelanjakan semua untuk beli bahan-bahan seperti besi, pilar, dan bahan lainnya.

Bapak Tobroni, Penggerak Koin NU di Desa Sepanjang, Gondanglegi, Kabupaten Malang.

“Alhamdulillah, ketika penggalian pondasi bangunan, sumbangan mulai mengalir seperti bata merah, semen 40 sak, 2 truk koral,1 truk pasir,” ujarna.

Selama pembangunan hanya membayar 2 tukang, dan tenaga lainnya gotong royong. Di tengah-tengah pembangunan sempat kekurangan biaya dan kebingungan.

Ia dan Ketua Ranting NU setempat kemudian berusaha mencari pinjaman sebesar Rp15 juta untuk menyelesaikan pembangunan Kantor NU Ranting dan dana pinjaman tersebut sudah bisa dikembalikan dalam tempo tujuh bulan.

“Alhamdulillah, dengan niat Bismillah dan yang hanya bermodal Rp7 juta bisa menyelesaikan Kantor NU Ranting dengan dua lantai selama kurang lebih empat bulan,” kata Pak Tobroni.

Menurutnya, ini semua bisa terwujud kaerna ada kemauan, kerja keras, kompak dan selalu semangat. Insya Allah pasti bisa menghasilkan sesuatu yg bermanfaat. (*)

Penulis/Pengirim: Bapak Tobroni
Editor: Hari Istiawan

spot_img
spot_img
-- advertisement --spot_img

Artikel Pilihan