back to top
Sabtu, Maret 15, 2025

Saling Mendoakan: Cermin Persaudaraan Sejati dalam Islam

NUMALANG.ID, Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

وَالَّذِيْنَ جَاؤُا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ (الحشر :10 )

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, ‘Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.’” (QS. Al-Hasyr: 10)

Ayat ini menginspirasi ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang dipegang teguh oleh Nahdlatul Ulama (NU) dalam mengamalkan doa untuk sesama, termasuk mereka yang telah lebih dahulu meninggal dunia. Di berbagai belahan dunia, khususnya di Timur Tengah, terdapat banyak ulama dan penduduk yang berpegang pada ajaran Aswaja, seperti Syaikh Wahbah Az-Zuhaili di Lebanon. Namun, kelemahan Aswaja di sana adalah tidak adanya organisasi resmi yang mampu menaungi dan melindungi ajarannya seperti NU di Indonesia. Sebuah organisasi memiliki peran penting dalam menjaga amaliah agar tetap berjalan dan mampu membela diri jika digugat oleh kelompok lain.

Organisasi merupakan kebutuhan mendasar bagi umat Islam untuk melindungi ajaran dan praktik keagamaan yang dijalani. Tanpa organisasi, ajaran dan nilai-nilai Islam bisa tercerai-berai dan kehilangan pijakan yang kokoh. NU sebagai organisasi resmi Aswaja menjelaskan dengan gamblang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) mengenai tauhid, mazhab fikih, serta thariqah yang dianut.

NU menyayangkan pandangan sebagian kelompok yang menganggap doa hanya bersifat individual (nafsi-nafsi) dan tidak membutuhkan doa dari orang lain. Jika seseorang hanya bergantung pada amalnya sendiri dengan usia yang terbatas, bagaimana mungkin ia bisa memperoleh keselamatan di akhirat untuk waktu yang sangat panjang? Inilah pentingnya amal jariyah, termasuk doa dari keturunan yang saleh. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Bayangkan jika seseorang memiliki banyak amal baik tetapi tertolak hanya karena dua keburukan kecil. Namun, berkat doa anak cucu dan santri yang selalu memohonkan ampunan, Allah SWT memberikan rahmat-Nya dan menerima amal tersebut. Seorang ulama, KH. Marzuqi, menggambarkan bahwa meskipun orang tua seseorang tidak begitu religius, namun dengan keberkahan doa dari anak yang saleh, derajat mereka bisa terangkat di sisi Allah. Ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan doa dari anak dan keturunan.

Saling mendoakan merupakan bukti ikatan persaudaraan sejati dalam Islam. Hal ini berbeda dengan pandangan ateisme atau kapitalisme yang melihat hubungan manusia hanya sebatas transaksi administratif. Jika seorang Muslim, apalagi seorang santri, mengadopsi model kehidupan seperti ini, lalu apa bedanya ia dengan orang kafir?

Seorang Muslim sejati akan merasakan kesedihan dan kebahagiaan saudaranya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْجَسَدِ الْوَاحِدِ

“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti satu tubuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika satu bagian tubuh sakit, maka bagian lain akan ikut merasakannya. Inilah solidaritas Islam yang sangat tinggi. Sebaliknya, salah satu tanda kemunafikan adalah merasa iri ketika saudaranya mendapatkan kebahagiaan dan merasa senang ketika saudaranya tertimpa musibah. Allah SWT menggambarkan mereka dalam Al-Qur’an:

تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَقُلُوْبُهُمْ شَتًّا

“Mereka terlihat berkumpul, tetapi hati mereka terpecah-belah.” (QS. Al-Hasyr: 14)

Sikap seperti ini bukanlah cerminan seorang Muslim sejati. Islam mengajarkan agar kita saling berbagi kebahagiaan dan kesedihan dengan saudara seiman. Jika saudara kita senang, kita juga ikut senang. Jika mereka susah, kita pun turut merasakan kesusahan dan berusaha membantu mereka bangkit kembali.

Wallahu A’lam

spot_img
spot_img
-- advertisement --spot_img

Artikel Pilihan