NUMALANG.ID, Pagak – Matahari bersinar cerah di Mahoni Camp, Desa Gampingan, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Di antara rimbunnya pepohonan dan udara segar yang membelai wajah, puluhan siswa SMP Pesantren Roudlatul Ulum Desa Ganjar, Kecamatan Gondanglegi, berkumpul dalam semangat yang membara.
Mereka siap mengikuti Outing Class yang bukan sekadar wisata belajar, tetapi juga membangun kepemimpinan dan memberikan pemahaman tentang pentingnya menuntut ilmu demi masa depan yang lebih baik.
Menuntut Ilmu, Membangun Masa Depan
Acara diawali dengan pembukaan oleh MC, diikuti dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang menggema di alam terbuka. Suasana hening saat Wakil Kepala Sekolah menyampaikan sambutannya, menekankan bahwa ilmu adalah kunci untuk membuka pintu masa depan.
“Jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang didapat hari ini. Teruslah belajar, karena dengan ilmu, kita bisa menentukan jalan hidup sendiri. Jangan sampai impian kita berhenti di tengah jalan hanya karena menikah terlalu dini,” ujarnya dengan penuh ketegasan.
Sambutan itu disambut dengan anggukan para siswa. Beberapa tampak berpikir, mungkin ada yang baru menyadari bahwa belajar bukan sekadar kewajiban, tetapi juga sebuah investasi untuk meraih cita-cita.
Belajar dari Permainan: Kepemimpinan dan Kerja Sama
Kegiatan kemudian berlanjut ke sesi utama: Out Bound yang dipandu oleh Anwar dan Tunjung dari Tim Out Bound LKK PCNU Kabupaten Malang. Berbagai tantangan dihadirkan, dari fun game hingga game competition yang mengasah konsentrasi, kerja sama tim, dan kepemimpinan.
“Seru banget! Aku jadi tahu bahwa kalau mau sukses, kita harus bisa kerja sama dan punya jiwa kepemimpinan,” ujar Ardi, salah satu peserta yang tampak penuh semangat.
Di sisi lain, Kumala juga tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. “Kegiatannya asyik, seru, dan menyenangkan! Aku jadi makin semangat belajar,” katanya dengan mata berbinar.
Di balik keseruan permainan, ada pesan yang ingin ditanamkan: Menjadi pemimpin dalam hidup sendiri adalah langkah awal untuk mencapai impian. Dan impian itu harus diperjuangkan, bukan ditinggalkan karena terburu-buru menikah di usia anak.
Cita-Cita, Bukan Pernikahan Dini
Di sela-sela kegiatan, para trainer menyelipkan diskusi ringan tentang bahaya pernikahan anak. Dengan pendekatan yang santai, mereka mengajak siswa berpikir: Apakah menikah di usia anak akan membuat kita bahagia? Apakah kita siap menghadapi dunia yang luas tanpa bekal ilmu yang cukup?
Jawabannya jelas: Tidak.
Anak-anak perlu diberi ruang untuk bermimpi, belajar, dan mengejar masa depan mereka. Menikah di usia dini justru bisa menghambat kesempatan mereka untuk berkembang dan mencapai potensi terbaik.
Kegiatan Outing Class ini bukan sekadar bermain. Ia adalah jembatan yang menghubungkan siswa dengan masa depan yang lebih baik—masa depan di mana mereka menentukan jalan hidup dengan ilmu, bukan dengan pernikahan dini.
Dan di bawah langit biru Mahoni Camp, di tengah tawa dan semangat yang membuncah, para siswa SMP Pesantren Roudlatul Ulum pulang dengan satu keyakinan: Mereka ingin terus belajar, terus bermimpi, dan tidak akan membiarkan masa depan mereka terhenti terlalu cepat karena menikah usia muda. (*)