NUMALANG.ID, Meminjam metode yang diperkenalkan oleh Albert Humphrey S. yang dikenal dengan metode SWOT, Threat bisa diartikan ancaman atau tantangan. Tantangan dalam KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) didefinisikan sebagai hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah. Koherensi adalah keterpaduan antara yang tertulis dan tidak tertulis, keselarasan antara bentuk dan isi. Tantangan koherensi NU dapat ditarik definisi sesuatu yang dapat mengggugah tekat untuk meningkatkan kemampuan , keterpaduan dan keselarasan antara apa yang tertulis dan tidak tertulis.
Visi dan cita-cita NU sebagaimana di tulis oleh KH. Yahya Cholil Staquf ada lima narasi besar untuk kemajuan NU kedepan; Pertama, tentang Islam di tengah dunia yang berubah. Kedua, tentang merintis peradaban baru. Ketiga, mengenali jati diri dan kehendak organisasi. Keempat, pembahasan mengenai menuju pemerintahan Nahdlatul Ulama. Kelima, tentang makrifat organisasi dan takdir peradaban.
Government NU dan Tantangannya
Istilah ini menjadi sesuatu yang menarik ketika dijelaskan panjang lebar oleh KH. Ulil Absar Abdalah dalam materi “Apa dan Kenapa Analisa Sosial” (at tahlil al ijtima’i) hari kedua PMKNU (Pelatihan Menangah Kader Nahdlatul Ulama) PCNU Kabupaten Malang. Cerita yang cukup membuat kami bangga sebagai peserta PMKNU dan warga NU adalah PBNU sudah mulai memahami dan mengimplementasikan “positioning NU”. Penghargaan terhadap NU yang sudah memasuki Abad Kedua tercermin dalam prilaku organisasi NU. Penataan kantor, penyambutan tamu, penguatan Banom dan Lembaga sebagai eksekutif yang koheren, dan pemusatan penataan administrasi persuratan melalui aplikasi Digdaya PBNU.
Government NU (Pemerintahan NU) bukan sesuatu yang mengada-ada. NU memiliki jaringan disemua level tingkatan pemerintahan Indonesia. Dari Mulai PBNU sampai PARNU atau dari Pemerintah Pusat sampai level Dusun. Tidak hanya di Jawa di luar Jawa NU juga memiliki struktur sampai ke bawah bahkan berkembang sampai ke luar negeri. Ini yang di garis tebal oleh Kyai Ulil sebagai Government NU. PBNU sudah mulai penataan yang tentunya harus diikuti oleh PWNU, PCNU, MWCNU dan PRNU. Melalui kaderisasi yang massif PDPKPNU, PMKNU dan ALANU.
Tantangan dalam mewujudkan Government NU di semua lapisan adalah belum terjadi keterpaduan yang merata. Koherensi menjadi tantangan kedalam bagi PBNU untuk mewujudkan pelayanan yang lebih baik bagi Jam’iyah maupun Jamaah Nahdlatul Ulama. Koherensi dalam semua aspek organisasi mutlak diperlukan guna mengambil peluang dan mewujudkan cita-cita organisasi. Banyak aspek yang perlu di data dan ditata.
Rethinking dapat menjawab kejumudan di NU. Transformasi hasil rethinking PBNU harus ter-transformasikan ke pengurus NU, warga NU, pemerintah, masyarakat umum dan pondok pesantren. Energi besar NU harus digerakkan secara bersama-sama sehingga dampaknya akan luar biasa. Belajar dari Butterfly effect dimana kepakan kupu-kupu secara bersama-sama di hutan Brazil dapat mengakibatkan Badai Tornado di Texas dalam bulan berikutnya. NU yang didalamnya ada ratusan juta manusia, maka bisa dibayangkan dampaknya bagi Indonesia dan Dunia.
NU Dibaca And You
Anasir yang disampaikan oleh KH. Prof. Moh. Nuh ini menggugah kesadaran peserta PMKNU untuk berbuat lebih hebat lagi di NU. Ketertinggalan dalam Pendidikan, Kesehatan dan pengelolaan usaha ekonomi hari di mulai dan di kejar. Beliau memberikan rumus bagaimana caranya bisa mengejar ketertinggalan tersebut. Rumus ini pernah penulis pelajari dalam pelajran IPA, FISIKA tingkat SMP maupun SMA. Dimana rumus dasar untuk menghitung kecepatan adalah V = S/T (Kecepatan adalah jarak dibagi Waktu). Nah, untuk mengejar ketertinggalan NU Prof. Nuh memperkenalkan rumus
S = Vo x T (1/2 a x t2) Kuncinya adalah adanya percepatan. Seberapapun jarak ketertinggalan yang dialami, dengan adanya lompatan-lompatan percepatan (a) maka ketertinggalan itu dapat dikejar.
Ketika kitab ber NU itu diartikan sama Prof. Nuh and you sesuatu yang jamak/tidak sendiri. NU dibaca and you itu artinya saya dan anda. Saya dan Anda berjuang, menebar kemanfaatan semampunya di NU. Model pendekatan ini kalau dilakukan oleh ratusan juta warga NU, bukan mustahil NU akan menjadi pemimpin Islam dunia. Kepemimpinan Indonesia bukan hal yang sulit lagi bagi NU.
Koherensi menjadi pilihan tepat menuju NU digdaya. Pertanyaannya kapan itu terjadi? Jawabannya ada di harokah pengurus dan warga NU.
Penulis: Khoirul Anwar (Alumni PMKNU PCNU Kabupaten Malang)