Rabu, November 27, 2024
spot_img

Ada Yang Tidak Allah Ketahui?

numalang.id-Ketika mendengarkan kajian tafsir Gus Dhofir, ada satu pembahasan yang membuat saya penasaran; tafsir ayat إلا لنعلم (supaya kami mengetahui). Pertanyaannya, apakah ada sesuatu yang awalnya tidak Allah ketahui kemudian Allah melakukan sesuatu supaya hal tersebut dapat Allah ketahui? Konteks ayat ini adalah tentang pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Makkah.

Oleh karena rasa penasaran yang tinggi, saya mencoba membaca Tafsir Al-Kabir Mafatih Al-Aghaib, karyanya Imam Fakruddin Ar-Razi. Pemilihan tafsir ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, pertanyaan yang saya ajukan sangat bernuansa teologis. Dan tafsir yang paling cocok untuk menjawab persoalan teologis adalah tafsir tersebut, mengingat beliau memiliki gelar sebagai Sulthan Al-Mutakallimin (rajanya para ahli ilmu kalam).

Di dalam tafsirnya, Imam Fakruddin Ar-Razi menyebutkan sekitar 6 ta’wil atas redaksi إلا لنعلم. Namun dari keenam ta’wil tersebut, ta’wil kelima yang—menurut saya—sangat mudah dipahami dan menjawab pertanyaan yang saya ajukan. Ta’wil yang nomor 5 ini beliau kutip dari seorang ulama; Imam Al-Farra’. Berikut isi kutipan tersebut:

وَخَامِسُهَا: مَا ذَهَبَ إِلَيْهِ الْفَرَّاءُ: وَهُوَ أَنَّ حُدُوثَ الْعِلْمِ فِي هَذِهِ الْآيَةِ رَاجِعٌ إِلَى الْمُخَاطَبِينَ، وَمِثَالُهُ أَنَّ جَاهِلًا وَعَاقِلًا اجْتَمَعَا، فَيَقُولُ الْجَاهِلُ: الْحَطَبُ يَحْرِقُ النَّارَ، وَيَقُولُ الْعَاقِلُ: بَلِ النَّارُ تَحْرِقُ الْحَطَبَ، وَسَنَجْمَعُ بَيْنَهُمَا لِنَعْلَمَ أَيُّهُمَا يَحْرِقُ صَاحِبَهُ مَعْنَاهُ: لِنَعْلَمَ أَيُّنَا الْجَاهِلُ، فَكَذَلِكَ قَوْلُهُ: إِلَّا لِنَعْلَمَ إِلَّا لِتَعْلَمُوا وَالْغَرَضُ مِنْ هَذَا الْجِنْسِ مِنَ الْكَلَامِ: الِاسْتِمَالَةُ وَالرِّفْقُ فِي الْخِطَابِ[الرازي، فخر الدين، تفسير الرازي = مفاتيح الغيب أو التفسير الكبير، ٩٠/٤]

Terjemah bebasnya: “Ta’wil yang kelima; sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Al-Farra’ sebagai berikut: mendapatkan informasi baru dalam ayat ini sebenarnya kembali kepada sosok yang diajak bicara. Artinya yang diajak bicara yang mendapatkan informasi baru, bukan sosok berbicara. Untuk mempermudah, bayangkan ada dua orang yang sedang berkumpul; satunya bodoh, satunya berakal. Kemudian si bodoh berkata “kayulah yang membakar api.” Kemudian si berakal berkata “tidak, Anda salah. Yang benar itu api yang membakar kayu. Jika Anda tidak percaya, mari kita buktikan supaya kita tahu mana sebenarnya yang membakar.” Maknanya: supaya kita tahu mana yang bodoh diantara kita berdua. Pola percakapan seperti inilah yang berlaku pada ayat di atas. Maksud dan tujuan dari pola percakapan seperti ini adalah untuk menunjukkan sikap lembut dalam percakapan.”

Pada intinya, jika ayat tersebut dilihat dari cara pemaknaan yang seperti ini, maka kita akan menemukan jawaban bahwa sebenarnya Allah sudah tahu mana yang mengikuti Nabi dan mana yang tidak. Allah menggunakan redaksi “supaya kita mengetahuinya” artinya supaya kita, sebagai umat Islam, juga mengetahui akan hal tersebut.

Penulis: Abdul Alam Al-Khoiri

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
-- advertisement --spot_img

Jangan Lewatkan

Terkini