numalang.id-Setiap pergantian globalisasi memberikan dampak baik dan buruk, penggunaan media sosial yang baik sudah mempunyai dampak tersendiri bagi para pecandu dan jelas sesuai dengan ekspektasi etiket media sosial, namun karena alasan berbeda yang menjadikan mereka semakin besar dan kuat. saat mereka melintasi dunia sosial. Hal ini jelas berbanding terbalik dengan buruknya penggunaan media sosial, apalagi mereka yang sudah mengetahuinya mengaku bahwa apa yang dilakukannya memang baik dan memiliki nilai prioritas tersendiri. Di kemudian hari, kecanduan terhadap hal-hal negatif menimbulkan benih penyakit bahkan menumbuhkan stereotip tersendiri.
Perlunya menumbuhkan kepribadian yang baik dengan memahami keberadaan kita di dunia digital hanya agar kita dapat belajar dengan baik, menerima dan mendorong kabar baik, serta menjadi produsen atau penyalur bisnis yang baik. Jelas bahwa Pencipta kita, Tuhan Yang Maha Esa, mengharapkan hal ini. Logika untuk terus menyukai sesuatu yang menarik perhatian adalah hal yang lumrah karena mengagumi pria atau menyukai aktris cantik sudah menjadi hal yang tidak stabil dan lumrah bagi mereka. Dan wanita juga merasakannya. Dan khusus untuk drama luar negeri, kami akan menjelaskan contoh yang sedang populer saat ini yaitu serial drama Korea. Hampir sepintas kita melihat di media sosial bahwa netizen Indonesia sering mendownload aktris-aktris Korea, dan hal ini juga terjadi di daerah khusus Kabupaten Malang.
Pada saat yang sama, beberapa frasa di balik serial Korea disebut Korean wave (produk Korea). Menyebar dan menyebar tidak hanya di wilayah administrasi Malang saja, namun seluruh dunia merasakan pengaruhnya. Keunggulan penggemar yang menguntungkannya membuat aktor Korea menjadi produksi yang tidak pernah mengecewakan penggemarnya. Padahal, secara umum, artis-artis pendatang baru di Indonesia juga punya kriteria yang mereka perjuangkan. Secara umum fandom Korean Wave bertujuan agar para wanita menyukai cerita yang tidak rumit dan hanya sekedar hiburan saja.
Oleh karena itu, mereka pun mengalami perbedaan pendapat dengan reaksi yang berbeda-beda. Lagi pula, mereka yang hanya mengunggah gambar atau tergila-gila pada akting, hanya bertujuan untuk hiburan, tanpa meninggalkan pekerjaan atau pendidikan. Hanya saja kemampuan genetik otak dalam bersosialisasi dengan masyarakat bahkan keluarga melemah drastis. Ada hampir beberapa alasan utama mengapa penulis artikel tentang topik ini menganggap tren ini berdampak buruk bagi mereka. Ide-ide yang bertentangan dengan logika para dramawan tidak bertahan lama, dan dampak kehidupan terhadap mobilitas sosial semakin berkurang.
Semua yang mereka hadapi hanyalah selingan atau penenang ketika harus menghadapi berbagai hal.Setiap orang pasti mempunyai hati dan pikiran yang berbeda-beda. Namun sayang sekali jika perilaku seperti itu menjadi stereotipe dalam perilaku sosial kita juga. Menonton drama Korea sepertinya membuat kita semua bertingkah seperti aktor film, cenderung menganggap diri kita sebagai orang yang dicintai aktor film tersebut, padahal itu tak lebih dari kekaguman.
Kebiasaan seperti itu tidak bisa langsung dihilangkan, seperti halnya penyakit serius, sangat sulit untuk menghilangkan penyakit tersebut atau bahkan menyembuhkannya. Ritme sosial memburuk setelah terciptanya genre drama Korea, terbukti dengan banyaknya wanita yang lebih menyukai karakter tangguh, kelas bawah, dan keren. Menonton tayangan tersebut merupakan hak asasi manusia, namun harus ditegaskan karena dapat merugikan pandangan bahkan membatasi kehidupan bermasyarakat.
Pewarta: Ali Rofik