Sudah sekian hari kejadian tragedi Kanjuruhan dengan 135 orang meninggal dunia dan ratusan korban luka berat dan ringan.
Tragedi yang membuat kaget insan sepakbola Nasional bahkan International. Nalar dan logika masih tidak dapat menerima kejadian tersebut kenapa terjadi ? Siapa saja yang harus bertanggung jawab ? Apakah regulasinya yang tidak dijalankan ?
Namun yang pasti keluarga korban mengalami trauma yang luar biasa dan memerlukan psikososial serta trauma healing, bahkan keluarga Aremania yang selamat akan berfikir ulang memberikan izin keluarganya melihat langsung sepakbola di stadion yang sudah jelas dan nyata menimbulkan korban yang luar biasa jumlahnya fakta yang tidak dapat pungkiri dan sudah terjadi.
Fenomena ini akan menjadi permasalahan tersendiri yang memerlukan kiat dan langkah cerdas dari regulator dan club sepakbola di Indonesia. Sangat disayangkan tragedi Kanjuruhan harus terjadi trauma masyarakat tidak akan mudah dipecahkan semudah membalikkan telapak tangan. Psikososial masyarakat akan memerlukan biaya besar untuk mengembalikan Trush masyarakat bahwa bola menjadi hiburan rakyat yang sangat menyenangkan dan aman akan tetapi memerlukan treatment khusus kemasyarakatan yaitu cara mengembalikan trush mereka dari berbagai sisi pendekatan keilmuan dan spiritual maka dapat dipastikan memerlukan waktu yang relatif panjang. Disinilah letak keharusan pemerintah hadir mendampingi masyarakat bukan cuma pendekatan fisik belaka, misalnya seperti pemberian santunan, pembangunan stadion dan lain-lain. Akan tetapi, tidak kalah pentingnya kehadiran psikis dan spiritual bagi masyarakat pecinta sepakbola sangat dibutuhkan.
* K.H. Hamim Kholili, MA., Ketua PCNU Kabupaten Malang
* Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi NUMALANG.ID
__________
- Kolom Opini NUMALANG.ID terbuka untuk warga Nahdliyin. Panjang naskah maksimal 3.000 karakter atau sekitar 500 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
- Naskah dikirim melalui Email: [email protected]
- Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim