Kamis, September 19, 2024
spot_img

Cerita Antara Hidup dan Mati Para Korban Selamat dalam Tragedi Kanjuruhan Ketika Dikunjungi Tim Posko Terpadu PBNU

NUMALANG.ID — Tim Posko Terpadu dan Crisis Center PBNU yang menyalurkan bantuan kepada para korban juga mendengar beragam kisah antara hidup dan mati para korban yang selamat.

Tim Posko Terpadau dan Crisis Center PBNU mengunjungi dan memberikan santunan bagi para korban selamat dan keluarga korban yang meninggal di lima kecamatan; Sumber Pucung, Kromengan, Wonosari, Gedangan, dan dampit, pada Kamis 13 Oktober 2022.

Salah satu korban selamat bernama Amanda Devy Ayu Febriyati (19), warga Jalan Punden RT 19/RW 03, Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, menuturkan bagaimana dia bisa selamat dalam peristiwaa yang memilukan tersebut.

Ketika peristiwa terjadi, dia bersama tujuh temannya berada di tribun 12 saat gas air mata ditembakkan polisi.

“Saya bersama tujuh teman dan kakak langsung panik dan berusaha keluar. Saya diajak kakak untuk lompat pagar. Karena berdesakan, waktu itu lalu saya jatuh dan ketika saya mau bangun sudah tidak bisa,” cerita Devy.

Kemudian Devy merangkak menuju kamar mandi dan berdiam diri hingga kondisi sepi.

“Lalu saya teriak teriak minta tolong, dan kemudian ada seorang laki-laki yang menggendong saya untuk keluar,” ujarnya.

Setelah di luar stadion, dirinya bertemu kakaknya dan dibawa ke ruang VIP, lalu dengan menggunakan truk milik TNI dibawa ke rumah sakit.

Namun kondisi rumah sakti sudah penuh. Devy selanjutnya dibawa ke sangkal putung di Gejet, Kromengan, karena dirinya mengalami patah tulang di kaki.

Di tempat lainnya, Tim Posko Terpadu PBNU menemui Nur Sofyan (42), yang tinggal di Jl Punden, Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan.

Nur Sofyan juga bercerita bahwa saat itu dirinya berada di tribun 12 dan juga merasakan akan meninggal di tempat itu.

“Saya merasa waktu itu akan mati di sini karena saya sudah berada di tumpukan banyak orang, saya sudah pasrah,” ceritanya sembari matanya menatap kekosongan.

“Tiba-tiba seperti ada yang menarik kaki saya sehingga saya mencoba berusaha keluar dengan ditolong oleh orang. Waktu itu saya seperti berada di atas di atas lumpur dan juga kondisinya sulit bernafas,” tambahnya.

Ia bersyukur masih bisa selamat hingga bisa pulang ke rumah.

“Saat ini mata saya tidak bisa melihat dengan jelas dan dada saya terasa sakit kalau tertawa, kadang juga keluar darah hitam ketika batuk,” ujarnya.

Tim Posko Terpadu PBNU Tragedi Kanjuruhan ini akan terus berkeliling untuk mengunjungi dan menyalurkan kepada para korban tragedi kanjuruhan.

Dalam kunjungan kali ini, turut hadir Pengurus LAZISNU Kabupaten Malang, Rozikin dan LPBINU, juga LAZISNU Kecamatan Kromengan M.Kholis dan Tholib.

Penulis: Mochamad Ghufron | Editor: Hari Istiawan

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
-- advertisement --spot_img

Jangan Lewatkan

Terkini